All About Miniletics

Mochammad Rizal: “Defisit Kalori Bukanlah Gaya Hidup yang Harus Dilakukan Seumur Hidup”

by Support Miniletics on Mar 21, 2022

Mochammad Rizal: “Defisit Kalori Bukanlah Gaya Hidup yang Harus Dilakukan Seumur Hidup”

Pembahasan soal diet dan gizi yang ada di masyarakat kita seringkali diwarnai dengan mitos-mitos dan pemahaman yang salah kaprah. Hal ini nggak bisa dimungkiri karena memang pembahasan semacam ini membutuhkan edukasi dan pemahaman yang mendalam. Inilah yang jadi motivasi Mochammad Rizal, atau biasa disapa Kak Rizal, untuk terus mengedukasi masyarakat lewat semua platform yang bisa dia jangkau, salah satunya lewat akun Instagram-nya, @rizalnutritionist. 

DARI NEGATIVE BODY IMAGE SAMPAI BELAJAR GIZI

Sebagai seorang remaja yang terlahir gemuk, Kak Rizal mulai membentuk body image yang kurang baik untuk dirinya ketika masuk bangku SMP. Karena belum tahu soal apa itu pola diet yang sehat, dia akhirnya memutuskan untuk mencoba suatu pola diet yang sayangnya ekstrem dan malah membuat kondisi tubuhnya memburuk: sistem imunnya menurun dan kaki sering kram karena kekurangan zat gizi, ditambah prestasi belajarnya yang ikut menurun. 


Kak Rizal akhirnya menyadari bahwa dia nggak berada di jalan yang tepat, “Saya jadi mikir. Badan saya memang jadi kurus, tapi kok rasanya ada sesuatu yang nggak beres dengan tubuh saya. Kurusnya seperti kelihatan sakit.” Dari situlah, bermodal keingintahuannya tentang tubuh dan gizi, dia mulai mempelajari gizi dari artikel di majalah-majalah kesehatan yang kadang terpampang di tempat gym setempat. Sedikit-sedikit akhirnya dia mulai tercerahkan kalau defisit kalori yang selama ini dia lakukan dalam rangkaian dietnya itu sama sekali nggak benar. Padahal, defisit kalori akan sangat berdampak buruk bagi tubuh jika nggak dilakukan dengan benar. Fakta-fakta seperti inilah yang akhirnya membuat Kak Rizal keasyikan belajar gizi sampai memutuskan untuk mempelajarinya ke level yang lebih tinggi. 


Keinginan Kak Rizal untuk terus belajar soal gizi lebih dalam ternyata bukan cuma keinginan kosong semata. Dia mengaku ada alasan besar di balik keinginannya yang juga besar itu, “Saya sadar bahwa masalah yang saya alami ini–obesitas, kegemukan, diet ngawur– ternyata juga dialami oleh banyak orang.” Dia lalu memaparkan data dari Kemenkes yang menyebutkan bahwa kasus obesitas di Indonesia makin meningkat setiap tahunnya. Dari yang awalnya 10% di tahun 2007 menjadi 20% di tahun 2018 dan diprediksi akan terus naik hingga 40% di tahun 2030 mendatang jika nggak diatasi dengan baik, “Jadi dari 250 juta penduduk Indonesia, hampir separuhnya bisa mengalami obesitas kalau nggak segera diatasi.”


Keadaan ini jadi salah satu alasan terbesar yang membuatnya tertarik mempelajari ilmu gizi, terutama yang ada kaitannya dengan obesitas dan kebugaran, “Selain semata-mata untuk membantu diri sendiri biar lebih paham dengan apa yang dimakan, (belajar ilmu gizi) juga untuk berkontribusi dalam mengurangi angka obesitas di Indonesia dan membantu teman-teman yang ingin turun berat badan dengan benar dan dengan gizi yang baik.” 

NGGAK CUKUP HANYA PENDIDIKAN FORMAL

Kalau soal meningkatkan keilmuannya di bidang gizi, Kak Rizal mengatakan kalau dia punya tiga cara yang menurutnya efektif untuk dirinya. Cara yang pertama dan utama tentu saja lewat pendidikan formal yang dia tempuh: D3 Gizi Poltekkes Surabaya, kemudian lanjut S1 Gizi Universitas Airlangga, dan Masters of Science in Nutrition di Cornell University. 


Selain pendidikan formal, Kak Rizal juga menambah wawasan lewat pendidikan informal. Beberapa di antaranya adalah lewat sertifikasi Gizi Olahraga dari APKI serta dengan ikut organisasi Indonesia Sport Nutritionist Association (ISNA) dan Kemenpora. 


Di sisi lain, untuk menambah konteks pada wawasannya, Kak Rizal juga seringkali mengadakan sharing session di media sosialnya. Selain untuk mengingat apa yang sudah dia pelajari di jenjang formal, sesi seperti ini juga bisa dia jadikan sarana untuk mengenal masalah baru yang ada di masyarakat saat ini, “Dengan sharing di media sosial, saya jadi tahu masalah nutrisi apa yang sedang ada di tengah-tengah masyarakat. Hal seperti ini yang bikin saya punya kesempatan untuk belajar lagi.” 

HOAKS NUTRISI MASIH BANYAK DIPERCAYA MASYARAKAT

Saat minimin tanya soal seberapa parah mitos seputar nutrisi di masyarakat, Kak Rizal mengaku bahwa menghadapi orang-orang yang percaya mitos-mitos tersebut merupakan makanannya sehari-hari, “Sampai nggak bisa dihitung jari! Bisa dibilang, hampir setiap hari ada saja orang kirim DM dan komentar tentang mitos yang mereka percaya.” Mitos-mitos yang dipercaya pun beragam, “Salah satunya, ibu hamil nggak boleh makan ikan karena nanti bayinya jadi bau amis. Mulai dari yang sederhana seperti itu sampai yang makin nyeleneh, seperti sayur bikin gemuk, minum air es bikin gemuk, dan nggak boleh makan malam.” 

Photo by Karolina Grabowska from Pexels


Memerangi mitos-mitos seperti ini di kalangan followers-nya kadang membuat Kak Rizal capek, terutama jika mitosnya digaungkan berulang kali. Nggak jarang, dia akhirnya harus membahasnya secara detail dan mendalam di blog dan Instagram post-nya, “Nanti kalau ada orang yang tanya lagi, tinggal saya kasih link-nya.”

EKSTROVER YANG SUKA BERBAGI ILMU

Tentu semua proses berbagi dan upaya mengedukasi masyarakat ini nggak cuma membuat Kak Rizal capek. Sebagai seorang ekstrover, dia mengaku sangat menikmati waktunya ketika berinteraksi serta berbagi ilmu dengan banyak orang. Belum lagi jika orang lain bisa paham dengan apa yang dia bagikan dan akhirnya mempraktikkannya. Bagian inilah yang menurutnya seru dari pekerjaannya sebagai seorang ahli gizi, “Kalau kata dosen saya, sebenarnya salah satu pekerjaan ahli gizi itu ya dodolan idu (jualan ludah), jadi kita mengedukasi dan memberi pemahaman pada masyarakat tentang pola hidup sehat melalui pengetahuan soal gizi. Menurut saya itu semua yang membuat pekerjaan ini seru.” 


Selain suka bertemu dan berbagi ilmu dengan orang lain, Kak Rizal juga menganggap bahwa mengajar itu seru. Rasa suka ini ternyata ditularkan oleh sang ibu yang merupakan seorang guru, “Ibu saya seorang guru yang sehari-harinya terekspos dengan kegiatan belajar-mengajar. Akhirnya (kesenangan mengajar) itu menular juga ke diri saya. Saya jadi suka mengajar, suka menjelaskan kepada orang lain tentang ilmu yang saya punya.” 

WAKTUNYA MEMERANGI HOAKS DEFISIT KALORI!

Soal menjadi pemateri webinar di event Beyond the Limit, Kak Rizal berharap minimates bisa paham bahwa defisit kalori bukanlah satu-satunya hal yang harus dilakukan ketika kita sedang dalam program diet. Kak Rizal juga menambahkan bahwa defisit kalori bukanlah gaya hidup yang harus kita lakukan seumur hidup kita. Justru, defisit kalori sendiri harusnya hanya jadi salah satu sarana untuk menurunkan berat badan, yang jika sudah tercapai, harus dihentikan. Jika terus dilakukan, apalagi dengan serampangan dan tanpa strategi-strategi tertentu, maka akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh kita. 


Nah, buat minimates yang mau tahu strategi-strategi apa yang harus dilakukan ketika defisit kalori agar tetap efektif dan menyehatkan, yuk ikut webinar “Memerangi Hoaks Nutrisi: Apa itu Defisit Kalori?” tanggal 23 Maret 2022 pukul 18.00 WIB. minimates bisa registrasi dulu, ya!
Tags:

Leave a Comment

Your email address will not be published.