Menguak 7 Mitos Seputar Lemak, Jangan Sampai Tertipu!
by Support Miniletics on May 19, 2022
Sebagian dari kita mungkin menghindari makanan yang kaya akan lemak dan kolesterol, seperti mentega, kacang-kacangan, kuning telur, dan produk susu yang mengandung lemak. Sebagai gantinya, kita memilih bahan makanan pengganti yang rendah lemak, seperti margarin, putih telur, dan produk susu bebas lemak dengan harapan dapat memperbaiki kesehatan kita dan menurunkan berat badan kita secara efektif. Tapi apa benar hal seperti ini sehat untuk dilakukan?
Tradisi diet semacam ini ternyata disebabkan oleh kesalahpahaman bahwa makanan yang kaya kolesterol dan lemak bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit.
Faktanya, penelitian terbaru justru menyangkal gagasan ini di tengah-tengah mitos seputar lemak yang semakin merajalela. Nah, biar minimates nggak ikut salah paham, berikut 7 mitos seputar lemak yang harus dihentikan.
MITOS #1: Mengonsumsi lemak menaikkan berat badan
Meskipun benar bahwa makan terlalu banyak makronutrien, termasuk lemak, membuat kamu bertambah gemuk, tapi mengonsumsi makanan kaya lemak sebagai bagian dari diet seimbang yang sehat nggak menyebabkan penambahan berat badan, lho. Justru, banyak penelitian dari jurnal Pubmed Central telah menunjukkan bahwa makan makanan berlemak tinggi, termasuk telur utuh, alpukat, kacang-kacangan, dan produk susu penuh lemak, dan bukan processed food, seperti junk food dan kue, dapat membantu meningkatkan penurunan berat badan dan rasa kenyang.
MITOS #2: Lemak jenuh penyebab penyakit jantung
mitos seputar lemak lainnya adalah bahwa lemak jenuh diyakini jadi penyebab terbesar penyakit jantung. Memang benar asupan lemak jenuh bisa meningkatkan risiko faktor penyakit jantung tertentu, tapi penelitian saat ini menunjukkan bahwa hal itu nggak secara signifikan terkait dengan munculnya penyakit jantung pada seseorang.
MITOS #3: Makanan tinggi lemak harus dihindari selama hamil
mitos seputar lemak juga seringkali jadi dilema para ibu hamil sehingga beberapa dari mereka menghindari konsumsi makanan tinggi lemak. Makanan kaya lemak justru penting untuk kesehatan janin dan ibu karena kebutuhan nutrisi yang larut dalam lemak, termasuk vitamin A dan kolin, serta lemak omega-3, meningkat selama masa kehamilan. Makanan sehat dan kaya lemak harus disertakan dalam makanan dan camilan untuk mempromosikan kehamilan yang sehat. Misalnya, kuning telur sangat kaya akan kolin, yaitu nutrisi penting untuk perkembangan otak dan penglihatan janin.
MITOS #4: Mengonsumsi lemak meningkatkan risiko diabetes
Meskipun mengonsumsi makanan kaya lemak tertentu, seperti lemak trans dan makanan cepat saji, memang dapat meningkatkan risiko diabetes, penelitian telah menunjukkan bahwa makanan tinggi lemak lainnya, misalnya ikan, susu, dan alpukat, telah terbukti memperbaiki kadar gula darah dan insulin serta berpotensi mencegah perkembangan diabetes.
MITOS #5: Margarin dan minyak kaya omega 6 itu lebih sehat
Padahal, ketidakseimbangan antara asupan lemak omega-6 dan omega-3 telah dikaitkan dengan peningkatan inflamasi pada tubuh dan munculnya berbagai kondisi kesehatan, seperti obesitas, gangguan mood, resistansi insulin, dan meningkatnya faktor risiko penyakit jantung. Jadi, memilih minyak tinggi lemak omega-6 seperti minyak canola dan margarin tanpa memperhatikan asupan omega 3 dapat merugikan kesehatan.
MITOS #6: Makanan yang tinggi lemak itu nggak sehat
Ini jadi salah satu mitos seputar lemak yang sering beredar di masyarakt kita. Faktanya, banyak makanan berlemak mengandung vitamin, mineral, dan antioksidan yang membantu kita untuk tetap kenyang sebelum jam makan sehingga memiliki berat badan yang sehat. Misalnya, produk susu full fat dan kuning telur adalah makanan berlemak tinggi yang sebenarnya malah mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh agar berfungsi optimal.
MITOS #7: Produk bebas lemak adalah pilihan cerdas
Malahan, makanan olahan bebas lemak bukanlah pilihan yang baik untuk kesehatan. Makanan ini biasanya tinggi gula tambahan dan zat aditif tidak sehat lainnya.
Itu dia 7 mitos seputar lemak yang ternyata masing sering kita percaya. Meskipun benar bahwa makanan tinggi lemak dan kolesterol tertentu, seperti makanan cepat saji dan gorengan, harus dibatasi, banyak makanan kaya lemak bergizi yang sebenarnya bisa dan harus kamu masukkan dalam pola diet yang lebih sehat dan seimbang.
Cover Photo by Victoria Shes on Unsplash